Minggu, 05 Maret 2017

Climatic Geomorphology


Pada abad ke 20, terutama di Jerman dan Perancis, climatic geomorphology (CG) menjadi pendekatan utama yang digunakan. Bagaimanapun, ide tentang pentingnya iklim dalam mempengaruhi proses dan perkembangan bentanglahan telah dimulai pada abad 19. Banyak peneliti melakukan penelitian dan investigasi di luar Eropa. Dalam pandangan CG, iklim-lah yang dianggap menyebabkan perbedaan perkembangan bentanglahan di muka Bumi, bahkan pada lintang yang tingginya sama. Banyak di antaranya yang melakukan ekspedisi ilmiah ke daerah yang awalnya hanya sedikit diketahui kondisinya bahkan pada daerah daerah yang secara politis atau kemungkinan distribusi logistik tidak memungkinkan.
Perkembangan CG dimulai ketika mulai banyak dilakukan penelitian tentang proses periglasial dan permafrost. Sebelum perang dunia I dimulai, seorang peneliti bernama Lozinski kemudian memperkenalkan istilah yang mengakomodasi kajian CG waktu itu menjadi Geomorfologi Periglasial. Selain itu, beberapa peneliti lain juga mengenalkan istilah "Cold Climate Phenomena". Masa itu ditandai dengan banyaknya temuan tentang dasar-dasar proses glasial dan bentukan yang dihasilkan, gerak massa batuan, proses fluvial dan marin serta kajian pedologi.
Selain penelitian di lintang tinggi, penelitian CG banyak pula dilakukan di lintang tengah di masa itu. Selama penjajahan Perancis di Afrika Utara, penelitian terkait dengan pembentukan gumuk pasir, inselberg, deflasi, laterisasi, dan pelapukan kimia di Gurun Sahara sangat intensif dilakukan. Penelitian utamanya ditujukan untuk memahami mengapa gurun dapat terbentuk dan mengapa gurun dapat memiliki lingkungan yang berbeda secara ekstrem dengan wilayah lain di Bumi meskipun terletak pada ketinggian lintang yang sama.

Rujukan utama:
Goudie, A. 2011. Geomorphology: Its Early History.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar