Senin, 20 Februari 2012

Kawasan Karst

Oleh:
Ahmad Cahyadi

Karst adalah bentuklahan yang secara dominan terbentuk akibat pelarutan batuan (Veni dan DuChene, 2001). Ford dan Williams (1992) mendifinisikan karst sebagai medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuklahan yang diakibatkan oleh kombinasi batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang dengan baik. Worosuprojo (1997) secara lebih jelas menjelaskan bahwa kawasan karst dapat terbentuk apabila terpenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

1. Terdapat batuan yang mudah larut, kompak, tebal dan mempunyai banyak retakan. Batuan yang mudah larut dapat berupa gamping, dolomit dan gipsum. Semakin tinggi kemurnian batuannya, maka proses pelarutan akan semakin baik.
2. Memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Faktor curah hujan menjadi sangat penting karena hujan merupakan media pelarut dalam proses karstifikasi. Oleh karena itu, maka semakin tinggi curah hujan maka proses pelarutan akan semakin intensif.
3. Batuan yang mudah larut terangkat di ketinggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi atau drainase secara vertikal. Syarat ini penting ada agar terjadi jarak yang cukup antara batuan gamping yang tidak jenuh air dengan muka airtanah, sehingga mampu terbentuk drainase air secara vertikal. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi batuan karbonat terangkat, maka proses karstifikasi akan semakin intensif.

Worosuprojo (1997) menyatakan bahwa karst adalah suatu kawasan yang mempunyai karakteristik yang khas, baik pada wilayah permukaan (eksokarst), dan bawah permukaan (endokarst) akibat adanya proses pelarutan (solusional) pada batuan karbonat. Bentukan eksokarst misalnya bukit karst, menara karst, dan telaga (logva), sedangkan bentukan endokarst terdiri dari gua dan berbagai ornamennya. Bentukan yang terdapat di suatu wilayah dengan wilayah yang lain akan berbeda karena memiliki faktor-faktor pembentuk kawasan karst yang berbeda. Misalnya Kawasan Karst Gunungkidul didominasi bentukkan bukit berbentuk mirip kubah, sedangkan Kawasan Karst Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan memiliki bukit karst yang berbentuk menyerupai menara.


DAFTAR PUSTAKA
Veni, G. dan DuChene, H. 2001. Living With Karst: A Fragile Foundation. Alexandria: American Geological Institute.
Worosuprojo, S. dkk. 1997. Kajian Ekosistem Karst di Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Biro Bina Lingkungan Hidup Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Ford, D. dan Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology. London: Chapman and Hall

Tidak ada komentar:

Posting Komentar